Bingung Antara Cari Kontrakan atau Sewa Rumah? Hitung Berdasarkan Kebutuhan, Ini Tipsnya

Beberapa pengantin baru mungkin sudah memiliki rumah sendiri yang disiapkan untuk ditempati bersama setelah menikah. Namun beberapa pasangan lainnya tidak demikian karena tabungan mereka belum cukup untuk membeli rumah yang saat ini harganya memang sangatlah mahal. Akhirnya mencari kontrakan adalah solusi yang diambil.


Memang kenaikan harga rumah sangat tidak seimbang kenaikan gaji rata-rata karyawan. Harga rumah umumnya mengalami kenaikan setiap tahun, tapi kenaikan gaji karyawan belum tentu terjadi setiap tahun. Inilah yang membuat harga rumah semakin tak terkejar oleh mereka dari kelangan ekonomi menengah bawah yang bergaji pas-pasan.

Bahkan mereka yang bergaji Rp 7 juta saja per bulan di Jakarta sangat sulit memilik rumah sendiri mengingat harga berbagai kebutuhan pokok juga mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Ketika ada kenaikan gaji pun, maka terpakai untuk memenuhi kebutuhan pokok tersebut. Karena itu, mengontraklah pilihannya.

Pasangan suami istri muda yang baru menikah memang baiknya tinggal terpisah dari orangtua. Hal ini penting untuk meningkatkan kemandirian sehingga Anda berdua bersama pasangan bisa lebih leluasa belajar mengatur rumah tangga sendiri. Mungkin terbesit pikiran lebih baik langsung mengambil KPR (Kredit Pemilikan Rumah) setelah menikah daripada mengontrak.

Tidak masalah jika ingin mengambil KPR agar bisa segera memiliki rumah. Hanya saja, hal itu sebaiknya dipikirkan dan direncanakan secara matang mengingat KPR adalah hutang jangka panjang hingga belasan tahun, dan bunga yang ditanggung juga tak sedikit. Tak sedikit orang yang mengambil KPR tapi macet di tengah jalan. Hingga akhirnya rumah mereka disita.

Jika gaji masih pas-pasan atau usaha belum begitu berkembang, tinggal di hunian sewa adalah solusi yang lebih bijak. Bahkan bagi beberapa orang lebih menenangkan daripada membeli rumah secara berhutang di tengah kondisi finansial yang belum stabil.

Tetapi terkadang mereka yang mencari hunian sewa dibingungkan antara memilih tinggal di kontrakan petak atau sewa rumah biasa. Hal ini wajar mengingat siapa pun ingin tinggal dengan nyaman walaupun itu hunian sewa. Jika Anda dibingungkan dengan hal ini, keduanya sama-sama pilihan yang baik. Tapi coba cermatilah mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan kondisi Anda saat ini.

Rumah kontrakan petak

Kontrakan petak disewakan berupa rumah tapak petakan. Bagian dalam pada umumnya terdiri dari satu ruang tamu, satu ruang tidur, satu dapur dan satu kamar mandi. Dengan total luas sekitar 20 meter persegi (4m x 5 m), jenis kontrakan ini lebih cocok untuk mahasiswa atau pekerja yang masih lajang, pasangan suami istri muda, atau keluarga dengan satu anak.

Biasanya pemilik hanya menyewakan banguan saja. Dengan kata lain, tidak ada fasilitas tertentu yang disediakan. Positifnya, penyewa bisa menata sendiri tata letak furnitur sesuai keinginan. Hanya saja, berarti penyewa harus mengeluarkan biaya untuk mengangkut barang dari hunian lama, atau membeli barang-barang besar seperti tempat tidur, lemari, kursi, dan sebagainya jika Anda berencana pindah ke rumah kontrakan petak tanpa membawa apa-apa.

Karena berupa kosongan, tarif sewa yang ditawarkan relatif murah. Kebanyakan rumah kontrakan petak disewakan secara tahunan. Tapi masih cukup banyak pula yang disewakan dengan sistem pembayaran per bulan. Faktor lokasi juga memengaruhi tarif sewa.

Komplek rumah kontrakan petak cukup mudah ditemui di gang-gang sempit kawasan pemukiman padat penduduk yang dekat ke pusat perkantoran, pusat perdagangan, atau pabrik-pabrik industri. Memang tipe kontrakan ini banyak diburu oleh para pekerja, dan mayoritas yang sudah berkeluarga. Tapi semakin dekat ke pusat keramaian, harganya semakin mahal, yakni mulai dari Rp 10 juta per tahunnya. Bahkan terkadang harga sewa yang ditawarkan belum termasuk biaya lain-lain. Ini berarti biaya seperti biaya air, listrik, iuran kebersihan dan keamanan ditanggung sendiri oleh penyewa.

Sewa rumah biasa

Rumah sewa bisa dibilang cocok untuk Anda yang memprioritaskan kenyamanan. Biasanya rumah seperti itu terletak di lokasi perumahan, dan memang banyak diminati oleh mereka dengan kondisi finansial yang cukup baik. Pasalnya, tarif sewa yang ditawarkan rata-rata lebih mahal dari rumah kontrakan petak.

Dari segi ukuran juga lebih luas, dan biasanya ada 2 kamar tidur atau lebih. Tak jarang tersedia pula carport atau garasi sehingga lebih aman jika Anda membawa kendaraan, khususnya mobil. Bahkan terkadang sudah dilengkapi pula sambungan telepon, internet, water heater, dan taman yang cukup luas.

Tapi otomatis, semakin nyaman fasilitasnya, semakin mahal tarif sewanya. Karena terkadang pemiliki menyewakan rumah lengkap beserta furnitur yang terdapat di dalamnya. Maka jangan heran bila biaya sewa rumah per tahun antara puluhan hingga ratusan juta. Apalagi jika lokasinya di jantung kota yang menawarkan kemudahan akses ketika bepergian.

Jadi, entah itu kontrakan petak atau rumah biasa, keputusan akhir kembali pada Anda. Anda bisa menyesuaikan jenis hunian sewa mana yang sesuai dengan kriteria idaman dan tentunya tak kalah penting faktor anggaran. Bagaimanapun, hendaknya mencari hunian sewa dengan tarif sewa yang wajar.

Mahal atau murahnya biaya yang dikeluarkan untuk membayar sewa hunian bagi setiap orang bersifat relatif. Tapi jangan sampai biaya tersebut memakan hingga separuh pendapatan. Jadi baiknya disesuaikan dengan daya beli.

Kelengkapan fasilitas cukup berpengaruh pada mahal murahnya harga sewa suatu hunian. Semakin mahal berarti fasilitasnya semakin lengkap. Fasilitas yang terlalu seadanya bisa mengurangi kenyamanan. Tetapi fasilitas yang terlalu banyak membuat harga sewa jauh lebih mahal. Intinya, sesuaikan fasilitas dengan kebutuhan.

Jika masih lajang atau penganti baru, kamar kos atau rumah kontrakan petak dengan satu kamar tidur sudah cukup. Tapi jika Anda berencana menyewa hunian untuk ditinggali bersama istri dan ada lebih dari anak, baiknya Anda menyewa rumah yang ukurannya lebih luas.

Selain itu, biaya untuk transportasi sehari-hari juga menjadi pos pengeluaran yang cukup besar setiap bulan. Jika memungkinkan, cari hunian sewa yang lokasinya dekat dari tempat kerja. Jika pasangan juga bekerja dan lokasi tempat kerjanya cukup jauh dengan Anda, carilah yang letaknya di tengah dan mudah menjangkau transportasi umum. Dengan begitu, Anda dan pasangan bisa menghemat uang transportasi.

Tak kalah penting, aspek lingkungan jangan sampai terlewat dari bahan pertimbangan. Lingkungan yang bersih hendaknya menjadi prioritas. Sebaiknya rumah yang disewa berlokasi jauh dari pusat pembuangan sampah agar tidak terganggu dengan bau sampah yang menyengat, serta pastikan kondisi airnya bersih dan tak berbau. Perhatikan pula bagaimana manajemen sampah di sana. Pasalnya, lingkungan dengan manajemen sampah yang buruk sudah pasti lebih berisiko terkena banjir.

Meski hunian yang disewa sudah nyaman tapi lingkungan kurang kondusif bisa membuat tidak betah. Lingkungan yang bising misalnya, bisa membuat frustasi karena sulit beristirahat dengan tenang. Jika Anda cukup sensitif dengan kebisingan, maka lebih baik hindari menyewa hunian yang letaknya dekat tempat ramai, seperti pasar dan jalan besar.

Sebaiknya hindari pula lingkungan yang memiliki tingkat kriminalitas tinggi. Kejahatan memang bisa terjadi kapan saja dan menimpa siapa saja. Tapi setidaknya kita melakukan antisipasi. Carilah rumah di lingkungan yang tidak rawan kejahatan dan para warga di sana setidaknya rutin menjalankan siskamling.